Laman

Assalamu Alaikum.....
Google

Qur'an Random

Sabtu, 26 Juni 2010

Bilakah lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah?

Dahulu di zamaan Rasulullaah SAW. kaum muslimin dikenal bersatu, tidak ada golongan ini dan tidak ada golongan itu, tidak ada syiah ini dan tidak ada syiah itu, semua dibawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW.

Bila ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW. itulah yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.

Kemudian setelah Rasulullah SAW. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali kw. menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus faham Syiah (Rawafid).

Tapi setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.

Saat itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam, seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya.

Golongan yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan akidahnya Ahlus Sunnah Waljamaah. Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah.

Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW : bahwa golongan yang selamat dan akan masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang aku (Rasulullah SAW) kerjakan bersama sahabat-sahabatku.

Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah yang dibawa oleh Rasulullah dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat Islam. Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah, Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW yang berarti menyimpang dari ajaran Islam.

Dengan demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah menciptakan Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali. Begitu pula sebelum timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.

Akhirnya yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat bahwa Ahlul Bait adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi SAW. dan mereka tidak menyimpang dari ajaran nabi. Mereka tidak dari golongan ahli bid’ah, tapi dari golongan Ahlus Sunnah.

Demikian sekilas lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah.

source : http://www.albayyinat.net/jwb4t.html

Sunnatullah Persahabatan

Aku melihat semut-semut mengerubungi gula-gula dilantai. Aku kemudian merenungkannya dan mengambil pelajaran darinya. Aku berkata dalam hati, gula-gula itu seperti keindahan akhlak manusia. Seseorang yang memiliki akhlak yang baik, ia seperti gula-gula itu, manis. Orang yang memiliki akhlak yang baik, secara otomatis orang lain akan datang bersahabat dengannya. Bagi mereka, mata yang memandang kepadanya tak jemu, nasehat yang didengar darinya terasa menggugah hati, dan kebaikan yang ia peragakan adalah contoh teladan. Bagi mereka, hidup bersamanya terasa menguntungkan karena dapat merasakan manisnya akhlak.

Orang yang berakhlak baik sudah menjadi sunnatullah akan disenangi orang. Orang tersebut tidaklah pendendam, iri, dan dengki. Jika mencintai dan membenci karena Allah Swt., bukan karena hawa nafsunya, bukan karena kekayaan atau kekejamannya. Jika kekayaan yang menjadi tolok ukurnya, maka setelah kekayaan itu lenyap maka lenyap pula kedekatannya. Jika tolok ukurnya kezaliman, maka hatinya akan bersengkongkol untuk menjatuhkannya.

Jika kita berakhlak baik, kita juga akan bersahabat dengan orang-orang yang baik pula. Jika kita jahat, secara sunnatullah orang-orang akan menjauhi kita seperti bau bangkai yang tercium; kita berusaha menyingkirkannya atau menjauh darinya sejauh mungkin hingga bau itu tak tercium lagi. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling jelek adalah orang yang ditinggalkan manusia karena takut akan kekejiannya.” (HR. Bukhari)

Orang yang baik dan orang yang jahat memiliki dua hati yang bertolak belakang. Sunnatullahnya, Nabi Muhammad Saw. tidak bersahabat dengan Abu Lahab dan Abu Jahal. Karena kedua orang itu jahat. Nabi Muhammad Saw. bersabat dengan orang-orang yang memang menghendaki kebaikan, seperti Abu Bakar ash-Shiddiq (yang membenarkan Nabi di saat orang lain mendustakannya) dan Umar al-Faruq (yang mampu membedakan antara yang haq dan yang batil).

Persahabatan itu alami, tidak dibuat-buat, berjalan sesuai dengan sunnah-Nya. Salman al-Farisi jauh-jauh dari Persia untuk bersahabat dengan Nabi, begitupun dengan Shuaib ar-Rumi yang berasal dari Romawi. Bagaimana bisa persahabatan itu diciptakan karena adanya jarak yang dekat atau jauh. Persahabatan Nabi dengan para sahabatnya tercipta karena sunnatullah, bukan hasil kreasi manusia.

Sebagian teman-teman yang kukenal ada yang pernah bertemu denganku dan ada yang belum. Ada pula teman yang aku kenal tapi dia tidak mengenalku. Dan mungkin begitupun sebaliknya. Ada yang jauh, ada yang dekat, ada yang jaraknya satu kilometer, ada yang ribuan kilometer. Sekali lagi, apakah persahabatan itu hanya karena berdasarkan jarak? Jika dekat, mendekat; jika jauh, menjauh. Bahkan di dunia maya sekalipun, kita enggan bersahabat?

Abu Lahab dan Abu Jahal adalah dua orang paman Nabi. Bahkan, Abu Lahab adalah orang yang menyembelih domba akikah ketika Nabi lahir, tetapi ketika Nabi memproklamirkan kenabian dan kerasulannya, ia menolak bersahabat dengan Nabi bahkan menjadi musuhnya yang paling utama. Bukankah pula istri Nabi Luth terkena azab Allah atas kaum Sadum, padahal dia istri seorang Nabi? Mengapa dia tidak mau bersahabat dengan Nabi? Begitupun dengan Kan’an putra Nabi Nuh, Azar bapak dari Nabi Ibrahim, Fir’aun bapak angkat Nabi Musa. Ketiga orang itu tidak mau bersahabat dengan orang yang sudah jelas hujjahnya dan sudah dikenal baik akhlaknya.

Ketika Allah menyatakan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara”, kenyataannya seperti itu. Karena persaudaraan itu adalah fitrah dan sunnatullah. Di belahan bumi manapun, ketika iman menyatukan kita, ketika kebaikan yang utama, kita adalah dekat, lebih dekat daripada pertalian darah, seperti persahabatan antara kaum Aus dan Khazraj atau seperti kaum Muhajirin dan Anshar. Kedua kaum itu dari tempat yang berbeda; terbentang jarak ratusan kilometer. Apakah kedua kaum itu berdiri di atas peradaban yang berbeda setelah mereka berkumpul bersama? Allah Swt. berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran: 103).

Ketika ada nafsu syahwat terselip dalam persahabatan kita, maka nafsu tersebut akan merenggangkan persahabatan kita. Semakin banyak syahwat itu terkumpul, semakin rengganglah ikatan persahabatan kita. Jika gosip mengalahkan kenyataan yang sesungguhnya, maka ia dibutakan dari kebenaran. Jika kita berusaha menjadi orang yang baik, secara sunnatullah kita akan berkumpul dengan orang-orang yang baik pula. Seorang mukmin diharamkan menikah dengan wanita atau lelaki pelacur meskipun wanita atau lelaki itu sangat cantik atau tampan rupawan. Pernikahan di antara keduanya dianggap tidak sah kecuali jika si pelacur bertaubat dari perbuatan jahatnya itu. Allah Swt. berfirman, “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.” (QS. an-Nur: 3)

Orang yang baik jodohnya adalah orang yang baik pula. Orang yang jahat jodohnya adalah orang yang jahat pula. Ketika kebaikan itu bertemu, maka keduanya akan berkumpul. Jika ada orang yang baik memaksa menikah dengan orang yang jahat, kelak ikatan itu akan merenggang dan terputus jika saja orang jahat itu tidak segera bertaubat atas kejahatannya. Allah Swt. berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. an-Nur: 26).

Demikianlah pelajaran yang aku peroleh dari gula dan semut. Semoga siapapun yang membaca tulisan ini dapat memperoleh manfaat darinya. Jika Allah belum mempertemukan kita, semoga Allah akan mempertemukannya. Jika kita belum saling mengenal, semoga kita dapat saling mengenal dengan seizin-Nya. Sunnatullah persahabatan akan berjalan dengan semestinya termasuk pada dirimu dan aku.

by: Chandra Kurniawan

Jumat, 04 Juni 2010

Ternyata Hari Jum’at itu Istimewa

Penyusun: Ummu Aufa
Muraja’ah: Ustadz Abu Salman

Saudariku, kabar gembira untuk kita semua bahwa ternyata kita mempunyai hari yang istimewa dalam deretan 7 hari yang kita kenal. Hari itu adalah hari jum’at. Saudariku, hari jum’at memang istimewa namun tidak selayaknya kita berlebihan dalam menanggapinya. Dalam artian, kita mengkhususkan dengan ibadah tertentu misalnya puasa tertentu khusus hari Jum’at, tidak boleh pula mengkhususkan bacaan dzikir, do’a dan membaca surat-surat tertentu pada malam dan hari jum’at kecuali yang disyari’atkan.

Nah artikel kali ini, akan menguraikan beberapa keutamaan-keutamaan serta amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari jum’at. Semoga dengan kita memahami keutamaannya, kita bisa lebih bersemangat untuk memaksimalkan dalam melaksanakan amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari itu, dan agar bisa meraih keutamaan-keutamaan tersebut.

Keutamaan Hari Jum’at

1. Hari paling utama di dunia

Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada hari jum’at ini, antara lain:

Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissallam dan mewafatkannya.
Hari Nabi Adam ‘alaihissallam dimasukkan ke dalam surga.
Hari Nabi Adam ‘alaihissallam diturunkan dari surga menuju bumi.
Hari akan terjadinya kiamat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

“Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintannya.” (HR. Muslim)

2. Hari bagi kaum muslimin

Hari jum’at adalah hari berkumpulnya umt Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa dan nasehat-nasehat, serta do’a.

Dari Kuzhaifah dan Rabi’i bin Harrasy radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah menyesatkan orang-orang sebelum kami pada hari jum’at, Yahudi pada hari sabtu, dan Nasrani pada hari ahad, kemudian Allah mendatangkan kami dan memberi petunjuk pada hari jum’at, mereka umat sebelum kami akan menjadi pengikut pada hari kiamat, kami adalah yang terakhir dari penghuni dunia ini dan yang pertama pada hari kiamat yang akan dihakimi sebelum umat yang lain.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

3. Hari yang paling mulia dan merupakan penghulu dari hari-hari

Dari Abu Lubabah bin Ibnu Mundzir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Hari jum’at adalah penghulu hari-hari dan hari yang paling mulia di sisi Allah, hari jum’at ini lebih mulia dari hari raya Idhul Fitri dan Idul Adha di sisi Allah, pada hari jum’at terdapat lima peristiwa, diciptakannya Adam dan diturunkannya ke bumi, pada hari jum’at juga Adam dimatikan, di hari jum’at terdapat waktu yang mana jika seseorang meminta kepada Allah maka akan dikabulkan selama tidak memohon yang haram, dan di hari jum’at pula akan terjadi kiamat, tidaklah seseorang malaikat yang dekat di sisi Allah, di bumi dan di langit kecuali dia dikasihi pada hari jum’at.” (HR. Ahmad)

4. Waktu yang mustajab untuk berdo’a

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari jum’at lalu beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di hari jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR. Bukhari Muslim)

Namun mengenai penentuan waktu, para ulama berselisih pendapat. Diantara pendapat-pendapat tersebut ada 2 pendapat yang paling kuat:

a. Waktu itu dimulai dari duduknya imam sampai pelaksanaan shalat jum’at

Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata padanya, “Apakah engkau telah mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah sehubungan dengan waktu ijaabah pada hari jum’at?” Lalu Abu Burdah mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Yaitu waktu antara duduknya imam sampai shalat dilaksanakan.’” (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat di atas. Sedangkan Imam As-Suyuthi rahimahullah menentukan waktu yang dimaksud adalah ketika shalat didirikan.

b. Batas akhir dari waktu tersebut hingga setelah ‘ashar

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslimpun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘ashar.” (HR. Abu Dawud)

Dan yang menguatkan pendapat kedua ini adalah Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau mengatakn bahwa, “Ini adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan generasi salaf dan banyak sekali hadits-hadits mengenainya.”

5. Dosa-dosanya diampuni antara jum’at tersebut dengan jum’at sebelumnya

Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari)

Amalan-Amalan yang Disyari’atkan pada Hari Jum’at

1. Memperbanyak shalawat

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Perbanyaklah shalawat kepadaku setiap hari jum’at karena shalawatnya umatku akan dipersembahkan untukku pada hari jum’at, maka barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dia akan paling dekat derajatnya denganku.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)

2. Membaca surat Al Kahfi

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at akan diberikan cahaya baginya diantara dua jum’at.” (HR. Al Hakim dan Baihaqi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

3. Memperbanyak do’a (HR Abu Daud poin 4b.)

4. Amalan-amalan shalat jum’at (wajib bagi laki-laki)

Mandi, bersiwak, dan memakai wangi-wangian.
Berpagi-pagi menuju tempat shalat jum’at.
Diam mendengarkan khatib berkhutbah.
Memakai pakaian yang terbaik.
Melakukan shalat sunnah selama imam belum naik ke atas mimbar.
Saudariku, setelah membaca artikel tersebut semoga kita bisa mendapat manfaat yang lebih besar dengan menambah amalan-amalan ibadah yang disyari’atkan. Sungguh begitu banyak jalan agar kita bisa meraup pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan kita di akhirat kelak. Wallahu a’lam.

Maraji’:

Do’a dan Wirid, Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Tafsir Ayat-Ayat Yaa Ayyuhal-ladziina Aamanuu, Pustaka Al-Kautsar
Amalan dan Waktu yang Diberkahi, Pustaka Ibnu Katsir

Kamis, 03 Juni 2010

FASE-FASE ALAM KUBUR

1. KESEMPITAN
2. PERTANYAAN MALAIKAT
3. ADZAB/NIKMAT KUBUR
...4. DITEMPATKANNYA RUH
5. KEBANGKITAN

Alam kubur adalah alam antara kehidupan dunia dan akhirat yang dimulai setelah kematian dan berakhir setelah kebangkitan.Setelah masa ini, seseorang yang beriman merasa bahagia sedangkan orang kafir mengalami adzab

Orang yang sudah mati akan dihimpit Alam Kubur, siapapun itu baik kafir ataupun Muslim akan merasakan himpitan kubur bedanya penyempitan yang dialami seorang Mukmin tidak berlangsung selamanya, tidak seperti orang kafir yang terus menerus dijepit sampai memecahkan tulang rusuknya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang disampaikan oleh seorang Ulama sebagai berikut :
Rasulullah SAW Bersabda : "Sesungguhnya Kubur itu memiliki himpitan, seandainya ada orang yang selamat darinya maka akan selamatlah Sa'ad bin Mu'adz"
Saad bin Mu'adz akan mengalami himpitan kubur, padahal ia adalah seorang pemimpin yang penuh kemulyaan, kematiannya mengguncang 'Arsy, dibukakan baginya pintu-pintu langit, Kesyahidannya disaksikan oleh 70.000 Malaikat. Hadits yang diriwayatkan Nasa'i dari Rasulullah SAW, menyebutan : "Kematiannya mengguncang 'Arsy, Dibukakan baginya pintu-pintu langit, pintu yang banyak, Kesyahidannya disaksikan oleh 70.000 Malaikat, maka sesungguhnya ia mengalami himpitan kubur, kemudian Allah melapangkannya."
Apabila Sa'ad bin Mu'adz seorang pemimpin yang besar, hamba yang shalih dan mendapatkan mati syahid, mengalami himpitan kubur, lalu bagaimana dengan saya dan anda ???!!!
Rasulullah SAW bersabda : "seorang manusia apabila diletakkan didalam kuburnya, dan sahabatnya berpaling pulang dan dia mendengar suara sandal mereka, akan datang kepadanya 2 Malaikat dan mendudukkannya, dan bertanya, Siapakah Tuhanmu ? Siapakah Nabimu ? Apakah Agamamu ? Maka dia menjawab : Allah adalah Tuhanku, Muhammad adalah Nabiku, Islam adalah Agamaku. Terdengarlah seruan dari langit, Benar hambaku, hamparkan baginya tikar disurga, lalu angin dan wangi surga datang kepadanya. kemudian diluaskan seluas mata memandang, seorang yang rupawan datang menemaninya yang tiada lain amal shalihnya"(HR. Ahmad, Abu Daud, Hakim dan Baihaqi)

BENARKAH ANDA BISA MENJAWABNYA ??? Dari lisan yang jarang menyebut asma-Nya, dan ibadah yang sering anda remehkan .., serta sunnah Rasul yang anda abaikan.... Pada saat itu (ditanya), anda hanya akan menjawab : TIDAK..., TIDAK...., TIDAK...., terdengarlah suara dari langit, Hambaku ini seorang pendusta, hamparkan padanya tikar dari api neraka, bukakan baginya pintu-pintu neraka, panas & keringnya neraka mendatanginya, kuburannya disempitkan sampai pecah-pecah tulang-tulangnya, seorang berwajah buruk berpakaian buruk dan berbau busuk datang padanya yang tiada lain amal buruknya.

SIKSA KUBUR

SEBAB-SEBAB SIKSA KUBUR

Ibnu Qayyim Rahimahullah, dalam kitab Ar-Ruh menyebutkan ada beberapa dosa dan maksiat yang dapat menyebabkan kita disiksa dialam kubur, diantaranya :
- MELALAIKAN SHALAT -
-MEMBACA ALQUR'AN KEMUDIAN MELUPAKANNYA
- TIDAK BERSUCI SETELAH BUANG AIR KECIL
- BERKATA BOHONG
- TIDAK MEMBAYAR ZAKAT
- POLA HIDUP YANG BERLEBIH-LEBIHAN
- MAKAN RIBA
- KORUPSI
- MEMFITNAH SESAMA MUSLIM
- KHIANAT TERHADAP AMANAH YANG DIBERIKAN
- ENGGAN MENOLONG SESAMA MUSLIM
- MINUM KHAMAR
- BERZINA
- MEMBUNUH

Taubatlah Saudaraku ... !!! sebelum kematian mendatangi kita dan mengakhiri perjalanan hidup kita didunia, meninggalkan apa yang kita miliki, meningggalkan harta, meninggalkan orang yang kita sayangi, bahkan keluarga kita, kita akan dikubur sendirian diruang yang sempit dan gelap gulita, kita hanya sendiri dalam suasana yang mencekam dialam kubur. Keluarga, Istri, Anak kita, Sahabat kita, yang pada saat kita masih hidup kita bisa tertawa bersama, makan bersama, menangis dan bercanda bersama namun semua itu telah berakhir setelah kematian medatangi kita. Marilah kita bertaubat, Mohon Ampun atas segala dosa yang kita lakukan. Bacalah ini kawan .., betapa Allah SWT Maha Pemurah dan Penuh Ampunan.

"Wahai Anak Adam ..., sesungguhnya apa yang engkau minta dari-Ku, dan yang engkau harapkan dari-Ku, Ampunan-Ku bagimu yang meminta dan tidak bagi yang enggan minta (ampunan). Wahai Anak Adam..., meskipun dosamu sepenuh petala langit, kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku, ampunan-Ku bagimu dan tidak bagi yang enggan (meminta ampunan). Wahai Anak Adam, seandainya kau datang pada-Ku dengan kesalahan seluas bumi, kemudian engkau datang pada-Ku, dan tidak berbuat syirik (menyekutukan) pada-Ku, dengan sesuatu apapun, Sungguh Aku akan berikan kepadamu ampunan.

ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH... ASTAGHFIRULLAH...

Alangkah bahagianya, seandainya maut menjemput kita saat sedang berurai air mata merasakan manisnya iman dalam sujud penghambaan, rindu akan perjumpaan dengan-Nya.

Alangkah indahnya air mata yang selalu berlinang dari munajat seorang anak yang shalih kepada Allah, merindukan kemulyaan dan keselamatan bagi kedua orang tuanya. Taburan do'anya menjadi cahaya yang menerangi dari gelapnya Alam Kubur. Do'a-do'anya mengantarkan kepulangan orang tuanya kepada Allah dalam husnul khatimah. Rintihan dan Munajatnya menjadi benteng yang kokoh sebagai penghalang dari adzab dan siksa kubur. Do'a yang tiada terputus mengalir dari ketulusan dan kebeningan hari agar orang tua dalam kasih sayang Allah.